Seorang lelaki berusia 33 tahun mengalami nyeri hebat di area punggung bawah setelah mengangkat material baja berat. Alih-alih berkonsultasi dengan tenaga medis, ia memilih cara tak biasa dengan menyuntikkan air maninya sendiri sebagai “obat”.
Kisah ini terungkap dalam laporan Irish Medical Journal (IMJ) tahun 2019, ketika pasien akhirnya datang ke rumah sakit dengan kondisi lengan merah dan bengkak. Saat ditanya penyebabnya, ia mengaku telah melakukan injeksi air mani secara mandiri selama 19 bulan terakhir menggunakan jarum suntik yang dibeli online.
Yang lebih mengejutkan, tepat sebelum ke rumah sakit, pria tersebut bahkan menyuntikkan tiga “dosis” sekaligus. Ia meyakini metode ini mampu meredakan keluhan sakit punggungnya.
Pemeriksaan radiologi mengungkap dua kondisi serius: emfisema subkutan (udara terjebak di bawah kulit) dan akumulasi cairan mani di jaringan otot. Dokter segera meresepkan terapi antibiotik intensif.
Meski nyeri punggungnya berkurang, pasien memilih meninggalkan rumah sakit sebelum lengan bengkaknya ditangani lebih lanjut. Dr. Lisa Dunne, penulis utama laporan, menyatakan pasien mengakui melakukan satu suntikan bulanan selama 18 bulan berturut-turut dengan peralatan yang dibeli secara online.
Kasus ini tercatat sebagai insiden pertama injeksi air mani pada manusia yang terdokumentasi secara medis. Meski pernah ada penelitian serupa pada hewan seperti tikus dan kelinci, tidak ada referensi medis sebelumnya tentang praktik ini pada manusia.
“Pencarian mendalam di berbagai platform digital tidak menemukan bukti penggunaan air mani sebagai terapi sakit punggung atau tujuan medis lainnya,” jelas laporan IMJ tersebut.
Para ahli mengingatkan bahaya praktik pengobatan non-konvensional tanpa pengawasan medis. Laporan ini menekankan risiko injeksi intravena oleh orang awam, terutama dengan zat yang tidak dirancang untuk penggunaan medis.
“Kasus ini menggarisbawahi pentingnya uji klinis menyeluruh untuk menilai keamanan dan efektivitas suatu terapi sebelum diaplikasikan,” tutup pernyataan resmi IMJ.